PAD Terendah, Tasik salah urus dalam 20 tahun terakhir

PAD Terendah, Tasik salah urus dalam 20 tahun terakhir

Oleh : Harry Khoirul Anwar


Tasikmalaya – Dengan luas wilayah 270 ribu hektar dengan jumlah penduduk 1,8 juta jiwa untuk menjadi kaya raya di Tasik harusnya tidak susah-susah amat. Jika pemimpinnya cerdas dan mau berkontemplasi dengan apa yang dimiliki. Begini misalnya dengan perbandingan di atas tadi jika di ambil rata² maka setiap orang tasik dapat mengolah tanah seluas 1000 sampai 1500 meter persegi. Atau setiap KK bisa mengolah lahan 1 Ha. Jika kita tanam pohon hutan industri saja maka setiap kepala keluarga bisa mendapatkan penghasilan sekira 8-9 juta perbulan. Bandingkan dengan UMR tasik yang hari ini di angka 2,7jt per bulan. Disinilah dibutuhkan kecerdasan pemimpin dan kemauan untuk menggali dan memetakan potensi wilayahnya. Akibat salah urus hampir setiap tahun Tasik langganan bencana, tanah longsor, banjir akibat alih guna lahan yang tak terkendali. Silakan cek di portal-portal berita tahun mana yang tasik tidak dilanda bencana tersebut. Belum lagi Tasik juga langganan gempa bumi. Ke depan Tasik memerlukan pemimpin yang berwawasan Ekologi yang sejalan dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Dengan banyak gempa sesungguhnya ini adalah pertanda bahwa tasikmalaya menyimpan mineral alam dan mineral bumi yang banyak.

Dalam hal pelayanan publik pun Tasikmalaya seperti tertinggal, di tahun 2022 Pemadam kebakarannya viral di media massa karena tidak memiliki kantor dan peralatan pemadaman yang layak. Bahkan katanya, baju firefighter nya dikasih bekasa atau sisa milik kota Bandung. Bagaimana bisa hal ini bisa terjadi? Padahal pemadam kebakaran adalah hal yang elementer dalam pelayanan publik. Sehingga yang penting adalah kepekaan para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan kepada kebutuhan masyarakat Tasikmalaya dan disesuaikan dengan potensi dasar dari kabupaten tasik. Energi Primer Indonesia dalam mengembangkan ekosistem biomassa yang berbasis ekonomi kerakyatan harus memberdayakan masyarakat. Seperti dijelaskan di atas bahwa Biomassa adalah kunci meningkatkan kesejahteraan masyarakat tasik dan ujungnya adalah meningkatkan PAD pemerintah kabupaten tasik.

Baca Juga  Aliansi Relawan Nasional RI-1 Berbagi Takjil di Warakas Kawasan Tj.Priok Jakarta

Dalam kesepakatan baru negara-negara dunia mengenai perubahan iklim, salah satu poin dalam Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC). Perjanjian ini bertujuan untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. Dalam perjanjian ini, negara-negara dunia berkomitmen untuk menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat celcius. Indonesia meratifikasi perjanjian ini melalui UU No. 16 Tahun 2016 atau kita kenal dengan perjanjian paris club. Dalam pertemuan di Dubai Uni Emirat Arab, dunia juga sepakat bahwa akan beralih dari energi fosil menuju energi baru terbarukan yang lebih ramah terhadap lingkungan diantaranya, tenaga surya, tenaga angin, biomassa, dan geothermal. Pergeseran ini tentulah angin segar untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik dan lebih sehat. Indonesia sudah semestinya bahagia dengan kesepakatan ini, bagaimana tidak hampir 10 tahun ekonomi mandeg, pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanya bersumber dari bidang yang itu-itu saja, menjual komoditi primer sejak orde baru berdiri.

khususnya di jawa barat bagian selatan, mulai dari sukabumi di sebelah barat sampai ke ciamis di sebelah timur. Dalam catatan data tahun 2022 setidaknya hampir 1 juta Ha lahan tidak dimanfaatkan ada di jawa barat. Belum lagi perkebunan-perkebunan terlantar yang jumlahnya mencapai 300 ribuan hektar. Ini adalah potensi. Coba dibayangkan jika lahan tersebut ditanami Kaliandra, Gamal dan pohon untuk biomassa, paling tidak ada 1,5 milyar pohon bisa ditanam secara bertahap. Hasilnya bisa digunakan untuk bahan baku biomassa dan Indonesia bisa menjalankan konversi Energi dari fosil menuju Energi terbarukan. Belum lagi jika dihitung dari credit carbon yang diperoleh. Secara sederhana, jika 1,5 Milyar pohon ini ditanam di Jawa Barat. Paling tidak akan masuk nilai Investasi senilai 3 Milyar USD untuk tanam pohon, 15 Milyar USD untuk pabrik pengolahan biomassa dan 15 Milyar USD untuk industri hilirnya.