Ustadz Ari Monas Meyakini dengan Berkibarnya Bendera di Tugu Monas Adalah sebuah Tanda Simbol Kemenangan untuk Ganjar dan Mahfud Md

Foto Monas Bersama Pimpinan Majlis Taklim, Ist
Foto Monas Bersama Pimpinan Majlis Taklim

INFO’PERS

[ Foto : Istimewa ]

JAKARTA – Ustadz Ari Monas Pemilik dan Penjaga Tugu Monas di Pondok Labu, Jakarta selatan meyakini Presiden dan Wakil Presiden RI 2024 – 2029 ialah pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Hal tersebut diyakini nya dengan berkibarnya bendera di Tugu Monas yang di amanahkan para leluhur sebelumnya kepada nya untuk dijaga dirawat dan dimiliki.

“Intinya, dengan berkibarnya bendera di Tugu Monas Syech Marawani Angin Bin Kamsari Ibu manti Masrik adalah sebuah tanda-tanda simbol kemenangan untuk pasangan Ganjar – Mahfud MD untuk memimpin Indonesia menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI 2024 – 2029,” ujar Ustadz Ari Monas kepada redaksi media di Jakarta, (minggu 29/10/2023).

Hal tersebut menurutnya adalah sebuah spritual yang sangat luar biasa, bahkan seantero jagat se-alam dunia ini mengetahui bahwa yang akan memimpin Indonesia ialah Ganjar – Mahfud Md, “Tanda-tandajya ialah  bendera yang sudah berkibar di Tugu Monas Syech Marawani Angin,” ungkapnya .

Syech Marawani Angin adalah Waliyulloh yang tanpa diketahui orang banyak. “Beliau sembunyi di tempat yang terang, namun mengetahui tentang nasib negara ini kedepan nya, begitu juga beliau mengetahui kondisi negara ini sebelumnya, dan beliau sangat melindungi didalam spritual nya,” pungkas Ust. Ari Monas lagi.

Untuk diketahui bersama, Syech Marwani Angin adalah Ulama besar nan Kharismatik asal Rancailat, Tangerang.

“Sayangnya saat ini pada umumnya para generasi muda/milenial tidak begitu mengetahui nya,” paparnya.

Wilayah Desa Rancailat Tagerang adalah wilayah agamis. Banyak sekali hal-hal menakjubkan yang terdapat di sana, namun berkat ketaatannya yang dalam serta tirakatnya yang kuat, Syech Marwani menjadi salah satu ulama hebat di wilayah nya.

Baca Juga  Presiden HAC: Jika Polisi Seluruh Indonesia Mogok Satu Malam Saja, Maka Paginya Sudah Hilang Negara

Syech Marwani hanyalah rakyat biasa yang seumur hidupnya tidak pernah makan nasi. Ia hanya memakan oncom tanpa garam yang dibungkus dengan aci sebagai pengganti makanan pokoknya.

Perjalanan rohaninya bermula ketika ia frustasi disebabkan kematian anaknya yang tercebur sumur. Setelah itu, ia memutuskan untuk melalang buana hingga wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.

Ia bahkan sempat dianggap gila oleh sebagaian penduduk setempat. Namun kenyataannya yang mengatakan nya gila justru kehidupannya tidak berkah.

Menurut informasi, apa yang pernah ia ucapkan dulu, kini menjadi kenyataan. Konon, ketika ia dan rombongan nya kehujanan dalam suatu perjalanan, baju orang-orang yang ikut serta basah karena kehujanan, sedangkan ia tidak.

Foto : Syech Marawani Angin, Istimewa

Dalam mengemban misi dakwah, ia mendirikan Masjid Al-Aqsha dengan usahanya sendiri tanpa meminta sepeserpun dari warga.

Demikian juga warga setempat, tidak ikut menyumbangkan hartanya untuk membangun masjid ini. Padahal selama hidupnya, ia hanya tinggal di sebuah gubuk. Masjid Al-Aqsha mulai dibangun pada tahun 1990 dan selesai dibangun pada tahun 2002. Masjid ini berasitektur Arab-Jawa.

Syech Marwani wafat pada tahun 2004 dan dimakamkan di bangunan yang berseberangan dengan Masjid Al-Aqsha yang berdekatan dengan kediaman keluarga. Sampai saat ini, setiap malam jumat banyak sekali jamaah yang menziarahi pesareannya. Menurut cerita, siapa saja yang memiliki masalah kehidupan kemudian dan datang bertaqarrub serta melaksanakan shalat di lima masjid di Rancailat yang salah satunya adalah Masjid Al-Aqsha ini, maka Insyaa Allah permasalahannya akan segera terselesaikan.

Berdasarkan cerita lain, ada tamu dari Arab yang mengaku bertemu dengan Syech Marwani dan diminta untuk datang ke Desa Rancailat. Padahal pada waktu itu sang ulama sudah meninggal.(*)

Redaksi Media : IPRI / www.InfoPers.com /Ist