CATAT!! DR. Kun Jelaskan Rotasi Menteri Adalah Keniscayaan dalam Dinamika Bangsa

INFO  PERS

Foto : Istimewa

 

“Pemerintahan Prabowo Butuh Tim Segar dan Adaptif, DR. Kun Dorong Rotasi Menteri”

KETUA Relawan Prabowo untuk Indonesia (PROUI), DR. Kun Nurachadijat, SE, MBA, menanggapi isu pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurutnya, rotasi pejabat tinggi negara adalah sesuatu yang wajar dan justru penting untuk menjaga dinamika serta efektivitas pemerintahan.

“Tidak baik juga seseorang terlalu lama berada di satu posisi. Dalam manajemen modern dikenal istilah enlargement atau rotasi, yang bertujuan agar organisasi tetap segar dan adaptif terhadap perkembangan zaman,” jelas DR. Kun.


Ia menambahkan, kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto (08) memiliki corak yang relatif lebih sosialis dibanding rezim sebelumnya. Hal ini menuntut penyesuaian keterampilan, perspektif, dan pendekatan dari para pembantu presiden, termasuk di bidang keuangan negara.

“Setiap rezim memiliki visi dan prioritas berbeda. Dalam konteks pemerintahan Presiden Prabowo, orientasi kebijakan lebih mengarah pada keberpihakan terhadap rakyat, pemerataan ekonomi, serta penguatan kemandirian nasional. Untuk itu, dibutuhkan tim yang mampu mengeksekusi agenda tersebut dengan konsistensi dan kecepatan,” tegasnya.

DR. Kun menekankan bahwa pergantian menteri tidak semestinya dipandang negatif. Menurutnya, rotasi adalah langkah strategis demi memastikan pemerintahan berjalan sesuai kebutuhan dan tantangan bangsa.

“Rotasi adalah bentuk penyegaran, bukan sekadar pergantian. Kita harus melihatnya dalam kerangka besar: bagaimana negara dikelola agar lebih responsif, inovatif, dan selaras dengan cita-cita rakyat,” imbuhnya.

Lebih jauh, ia menjelaskan rotasi menteri penting sebagai strategi organisasi. Jika aspek politik dikesampingkan, rotasi bisa dilakukan dalam beberapa bentuk:

Rotasi horizontal, yakni perpindahan ke posisi selevel.
Enrichment, yaitu pengayaan tugas dan tanggung jawab.
“Misalnya, seseorang dipindahkan dari posisi teknis ke posisi strategis, itu bentuk enrichment. Presiden, dengan demikian, sudah menjalankan prinsip efektivitas organisasi melalui penyegaran jabatan,” terang DR. Kun.

Baca Juga  Diskusi Koalisi Pemuda Kota : "Rekonsiliasi Pasca Pemilu Dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa"

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa pergantian figur tertentu seperti Sri Mulyani memiliki tantangan tersendiri. “Ibu Sri Mulyani telah membangun sistem dan value baik di tingkat nasional maupun internasional yang memberi kepastian bagi publik dan investor. Jika digantikan, figur baru pasti melewati fase adaptasi,” katanya.

Menurut teori organisasi, pejabat baru akan melalui fase forming (pembentukan), storming (ujian penyesuaian gaya dan karakter), hingga norming (penyeragaman pola kerja). Tantangan terbesar ada pada fase storming.

“Pertanyaannya, apakah menteri baru mampu melewati fase itu dengan mulus sehingga langsung berkinerja, atau justru gaya barunya menimbulkan gesekan, melukai hati rakyat, dan membuat investor kehilangan kepercayaan,” papar DR. Kun.

Ia pun mengajak publik untuk ikut mengamati serta mengawal proses ini. “Keberhasilan seorang pejabat baru sangat ditentukan oleh bagaimana ia melewati fase-fase tersebut,” pungkasnya.