LuarBiasa!! Sang Satria Sejati Tak Mencari Tahta: Renungan Sodikul Mukarom untuk Bangsa

Foto : Sodikul Mukarom Penasehat Spiritual 

INFO’PERS

(Foto : Istimewa)

Tasikmalaya,www.infopers.com  — Dalam keprihatinannya terhadap kondisi bangsa yang kian carut-marut, Sodikul Mukarom, seorang tokoh spiritual sekaligus penasihat kebatinan dari Tasikmalaya, angkat suara. Ia menyampaikan pandangan mendalam yang berpijak pada kearifan leluhur dan pengalaman spiritual yang ia alami sendiri.

Sodikul mengaku merasakan kegetiran yang mendalam melihat bangsa ini digiring oleh hawa nafsu kekuasaan, sementara rakyat kecil kian terhimpit oleh ketidakadilan dan bencana yang datang silih berganti.

“Sesungguhnya, ramalan bukan semata mitos. Tapi petunjuk bisa hadir bagi mereka yang mendapat hidayah,” ujar Sodikul kepada redaksi media, Minggu (13/7-2022).

Ia menyebut bahwa dirinya pernah mendapatkan wejangan gaib dari sosok sepuh yang ia rahasiakan identitasnya, berasal dari Galunggung, Jawa Barat.

Namun ia menegaskan, kebenaran hakiki hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa—yang ia sebut sebagai “01”—sumber dari segala keputusan yang terjadi di alam semesta.


“Ramalan itu bisa terjadi, tapi tidak mutlak. Karena yang mutlak hanyalah kehendak Tuhan. Dan manusia yang berhikmah hanyalah jembatan, bukan pemilik kebenaran,” jelasnya.

Pemimpin Satria: Tak Mencari, Tak Menonjolkan, dan Sederhana

Lebih jauh, Sodikul memaparkan tentang ciri pemimpin sejati menurut kearifan spiritual Nusantara. Ia menyebutnya sebagai “satria sejati”, sosok pemimpin yang tidak pernah berambisi menjadi pemimpin.

“Pemimpin yang layak memimpin itu justru tidak ingin memimpin. Ia tidak memamerkan diri, tidak haus perhatian, tidak membangun pencitraan,” jelasnya.

Menurutnya, seorang pemimpin yang satria akan:
Tidak memiliki hasrat untuk menjadi pemimpin. Tidak menonjolkan diri di hadapan rakyat. Menyembunyikan kelebihan dan kehebatannya. Hidup dalam kesederhanaan, bahkan lebih sederhana dari rakyat biasa.

Tinggal di tempat yang “tumaritis” yaitu hidup penuh syukur, tidak dikendalikan oleh nafsu duniawi.

Baca Juga  Optimis Pelayanan Haji Semakin Baik, Sosok Nasaruddin Umar Dinilai Menteri Agama yang Tepat

Namun kini, Sodikul menilai banyak manusia—termasuk para elite kekuasaan—dikendalikan oleh nafsu amarah yang membuat tatanan negara porak-poranda. Ia bahkan menyebut bahwa bencana demi bencana yang terjadi saat ini adalah cerminan dari jiwa manusia yang dipenuhi roh amarah dan hawa nafsu.

“Di dalam manusia terdapat tujuh roh: roh idopi, roh hewani, roh jasmani, roh rohani, roh nabati, roh robani, dan roh kudus. Jika yang mendominasi adalah roh hewani dan amarah, maka hancurlah peradaban,” ungkapnya penuh keprihatinan.

Mimpi Bertemu Soekarno dan Jokowi: Pertanda Spiritual untuk Bangsa

Dalam kesempatan itu, Sodikul juga mengungkapkan pengalaman spiritual yang ia alami saat melakukan salat tahajud. Dalam mimpi tersebut, ia didatangi oleh Presiden Soekarno, Sang Proklamator Republik Indonesia, yang kemudian disusul oleh kehadiran Presiden Joko Widodo.

“Itu hanya sekejap, namun penuh makna. Saya berharap, di dunia nyata, saya bisa bertemu dengan Presiden Jokowi untuk menyampaikan wejangan dan pesan dari alam spiritual,” tuturnya dengan harap.

Melalui pesan dan pengalaman spiritual ini, Sodikul Mukarom mengajak bangsa Indonesia untuk kembali menelusuri akar nilai-nilai kebijaksanaan luhur—yang bukan hanya memuliakan akal, tapi juga menyucikan jiwa. Ia meyakini, bahwa kebangkitan Indonesia akan dimulai dari pembersihan niat dan penguatan spiritual, bukan semata strategi politik.

“Bila kita ingin selamat sebagai bangsa, maka harus kembali tunduk pada 01 — Sang Maha Pencipta. Bukan pada kekuasaan, bukan pada ego, dan bukan pada ambisi pribadi.”

Demikian renungan spiritual dari Sodikul Mukarom, sebuah pesan hening yang mengetuk nurani bangsa. (**)

IPRI/Redaksi Media;www.infopers.com