INFO PERS
“Menjaga Roh dan Keaslian Adat Demi Persatuan Masyarakat Se-Nusantara”
Foto: Istimewa
BANJARMASIN — Dalam upaya menjaga keaslian dan martabat budaya Banjar, organisasi masyarakat adat Tutus Banjar Asli (Tabas) menegaskan keistimewaannya sebagai satu-satunya organisasi budaya yang resmi dilantik dan berada langsung di bawah naungan Kesultanan Banjar.
Tabas mendapat pengakuan langsung dari Sultan Banjar, menjadikannya organisasi yang memiliki roh dan legitimasi adat yang hidup, bukan sekadar formalitas administratif.
“Budaya itu memiliki roh. Roh itu hanya hadir ketika ia diayomi Sultan dan bernaung dalam Kesultanan. Kalau hanya ikut pemerintah atau pemda, jadinya biasa-biasa saja sekadar administratif tanpa ruh dan makna mendalam,” ungkap KP. Johan Amin, SE,MSi, Ketua Umum Tabas sekaligus Panglima Adat Nusantara (Panglima Tabas).
Pentingnya Legitimasi Adat
Keistimewaan Tabas terletak pada naungan langsung Sultan Banjar. Hal ini menegaskan bahwa budaya Banjar tetap asli, bernyawa, dan sakral karena mendapat restu dan perlindungan dari Kesultanan.
Tabas dipercaya menjadi wadah pemersatu masyarakat Banjar, menjaga stabilitas, serta menjunjung tinggi persatuan dalam bingkai NKRI.
Sebagai bentuk komitmen nyata, Tabas menggagas penyelenggaraan Piala Bergilir Kuntau Banjar atas persetujuan Yang Mulia Sultan H. Khairul Saleh Al Mu’tashim Billah. Agenda ini diharapkan memperkuat pelestarian budaya, membangun persaudaraan, dan mengokohkan identitas Banjar di tengah arus globalisasi.
Untuk diketahui bersama bahwa Pelantikan pengurus Tabas berlangsung pada Minggu, 23 Juli 2023, di Jalan Antasan Bondan, Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Acara bersejarah ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, di antaranya, Ketua Umum Tabas KP. Johan Amin, SE., MSi, Para tetuha adat se-Kalimantan, Wakil Wali Kota Banjarmasin, Arifin Noor, Perwakilan Kesbangpol Provinsi Kalimantan Selatan,Tokoh adat dari Kesultanan Banjar. Dan pelantikan ini dilakukan langsung di bawah naungan Kesultanan Banjar, menandai pengakuan resmi dan legitimasi adat yang memperkuat posisi Tabas di tengah masyarakat.
Sementara, perwakilan Kesultanan Banjar, Pangeran Rahmat Samudera, yang mewakili Sultan H. Khairul Saleh, menegaskan bahwa organisasi ini dipercaya akan menjadi pemersatu masyarakat Banjar. “Dengan dilantiknya pengurus Tabas, diharapkan dapat menjaga stabilitas serta menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.”
Klarifikasi Terkait Pelantikan
Perlu ditegaskan, yang dilantik secara resmi oleh Kesultanan pada saat itu hanyalah Tabas. Hal ini merupakan perintah langsung dari Sultan.
Adapun kehadiran organisasi lain pada momentum yang sama, seperti Bapasak, bukan bagian dari pelantikan resmi oleh Kesultanan. Mereka hadir dan “ikut bersama” dalam acara karena adanya kehadiran tokoh penting yakni Ayahanda Kanjeng Pangeran Gusti Kadran dan Pangeran Rahmat Samudera, SH., MKn., SE selaku perwakilan Yang Mulia Sultan, yang saat itu sedang menunaikan ibadah haji di Mekah.
Organisasi ini terbuka bagi semua masyarakat Banjar, termasuk perantau, dengan syarat tetap menjunjung tinggi norma, etika, dan kaidah budaya yang disepakati melalui musyawarah mufakat.
Menegaskan Peran Sultan
Kehadiran Sultan dan tokoh adat dalam prosesi pelantikan memberi pesan tegas bahwa hanya dengan naungan Sultan, budaya akan hidup, asli, dan bernyawa.
“Tabas bukan sekadar organisasi, melainkan simbol legitimasi adat yang mempersatukan masyarakat Banjar, Kalimantan, dan se-Nusantara” (Red)
Editor : Kamria
Laporan ; Bar.S